Kadin Ungkap Indonesia Bisa Jadi "Sarana" Komunikasi di Tengah Ketegangan AS-China

Kadin Ungkap Indonesia Bisa Jadi

Anindya Bakrie tegaskan pentingnya hubungan strategis Indonesia-China di momen 75 tahun diplomatik, dorong hilirisasi dan kerja sama dagang.--

JAKARTA, DISWAY.ID - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menegaskan pentingnya menjaga dan memperkuat hubungan strategis antara Indonesia dan China dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara. 

Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri acara Reception in Celebration of the 75th Anniversary of the Establishment of Diplomatic Relations Between the People's Republic of

China and Republic of Indonesia di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat malam (17/04/2025).

“Pertama-tama, kita mengapresiasi hubungan 75 tahun antara China dan Indonesia. China dan Indonesia ini merupakan mitra strategis,” ujar Anin sapaan akrabnya. 

Menurutnya, hubungan Indonesia dan China tidak hanya kuat dari sisi ekonomi, tetapi juga dalam dimensi politik, sejarah, dan pertukaran budaya. 

“Dari sisi ekonomi, mitra dagang terbesar adalah China. Lalu ada juga dari sisi politik, sejarah panjang, dan hubungan people to people seperti pertukaran pelajar,” tambahnya.

Anin juga menyoroti pesatnya perkembangan China dalam beberapa dekade terakhir, sejak era kepemimpinan Deng Xiaoping (1978-1989), yang menjadi inspirasi bagi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Nah, China ini adalah negara besar yang sangat pesat selama 30 tahun terakhir. Bahkan sejak waktu pemimpinnya Deng Xiaoping. Nah, kita di hari ini datang untuk merayakan relasi yang luar biasa itu," terang Anin.

Terkait situasi ketegangan geopolitik global, khususnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, Anin menekankan posisi Indonesia sebagai negara nonblok yang menjunjung kerja sama dengan semua pihak.

“China dan Amerika (Serikat) itu adalah dua negara besar. Dan karena Indonesia juga besar, kita bisa menjadi sarana komunikasi dan dagang yang win-win,” ujarnya.

Anin menegaskan bahwa baik China maupun Amerika Serikat (AS) merupakan mitra dagang utama Indonesia, dan Indonesia harus mampu menjaga keseimbangan hubungan dengan keduanya. 

"Bukan saja kita ingin lebih seimbang, kita mengerti permintaan, tapi lebih besar dua-duanya. Karena pasti ada peralihan daripada tempat-tempat lain. Tapi China dan Amerika (Serikat), dua-duanya adalah negara yang sangat penting bagi Indonesia," jelas Anin.

Hubungan Dagang Indonesia-China Menguat

Dalam konteks perdagangan dan investasi, Anin mencatat bahwa hubungan ekonomi kedua negara semakin menguat, bahkan mencatatkan surplus perdagangan bagi Indonesia dalam beberapa sektor strategis. Salah satu contohnya adalah ekspor stainless steel yang meningkat berkat investasi China.

“Malah yang menarik, selama tujuh tahun terakhir, yang tadinya lebih banyak kita menerima, ternyata kita bisa berhasil mengirim untuk ekspor lebih besar. Terutama dalam hal stainless steel,” ungkapnya. 

Ia menyebut keberhasilan ini sebagai buah dari hilirisasi yang efektif dan sinergi yang kuat antara investor dari China dan industri dalam negeri.

"Dan ini menjadi suatu nilai tambah yang luar biasa, hilirisasi yang sukses, yang mulai dari ketertarikan investor China di stainless steel saja. Bisa dibayangkan kalau nanti berkembang menjadi bahan baterai, alumina, aluminum, dan lain-lain. Jadi, kita melihat bahwa justru kita surplus 2 miliar dolar AS dengan China dan ini dicapai karena hilirisasi yang sukses dalam investasi kedua negara ini," jelas Anin.

Lebih lanjut, Anin mengungkapkan rencana Kadin Indonesia untuk melakukan kunjungan kerja ke China sebelum akhir tahun ini, dengan fokus ke kota-kota di luar Beijing dan Shanghai. 

Tujuannya adalah mempelajari praktik terbaik dalam industrialisasi, teknologi, kesehatan, dan pendidikan, termasuk kecerdasan buatan (AI) yang menjadi kekuatan utama China saat ini.

Anin juga menekankan pentingnya kepastian hukum dalam proses perdagangan, terutama terkait impor. 

Ia mengingatkan agar barang-barang impor masuk secara legal dan membayar pajak sesuai aturan, agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia dapat bersaing secara sehat.

“Kita bukan takut bersaing, UMKM Indonesia siap, tapi tentu ingin barangnya legal, terdaftar, dan bayar pajak,” kata Anin.

Sumber: